HEADER 336x280
responsive

bahayanya bila kita menahan lapar bagi kesehatan

ADSENSE IN ARTICLE AD
ADSENSE 336x280 bawah judul

bahaya bila kita menahan lapar



Lapar? Pertanyaan "mengapa kita merasa lapar?"
tampaknya sangat mudah untuk dijawab. Itu karena kita perlu mendapatkan nutrisi
untuk bertahan hidup. Rasa lapar adalah sinyal bagi kita untuk dapat mengetahui
bahwa kita perlu mendapatkan nutrisi untuk tubuh kita. 
 
 
Tetapi bagaimana kita
benar-benar tahu bahwa kita lapar? Jawabannya dapat dianalisis oleh tiga
komponen yang berbeda: biologis, pembelajaran, dan kognitif.


Kelaparan dan Makan Berdasarkan Biologi
Banyak teori kelaparan secara historis dibahas dari
komponen biologis. Cannon dan Washburn (seperti dikutip dalam buku Psychology: A
Journey oleh Dennis Coon & John O. Mitterer) muncul dengan teori kontraksi
perut yang menyatakan bahwa kita tahu kita lapar ketika perut kita berkontraksi. 
 
 
Dalam penelitian balon yang terkenal, Washburn melatih dirinya untuk menelan
balon yang dilekatkan ke tabung, kemudian balon itu dipompa ke dalam perutnya.
Ketika balon itu mengembang, dia tidak merasa lapar.
 
 
 Belakangan teori ini
ditentang oleh fakta bahwa orang yang perutnya diangkat masih terasa lapar.
Teori Glukosa menyatakan bahwa kita merasa lapar ketika kadar glukosa darah kita
rendah. Bash (seperti dikutip dalam buku Human Motivation oleh Robert E.
Franken, 1994) melakukan percobaan transfusi darah dari anjing yang kenyang ke
anjing yang kelaparan.
 
 Transfusi mengakibatkan penghentian kontraksi perut pada
anjing yang kelaparan, dan mendukung teori glukosa. Tetapi seperti LeMagnen
(sebagaimana dikutip dalam Biological Psychology,oleh James W. Kalat )
menunjukkan bahwa kadar glukosa darah tidak banyak berubah dalam kondisi normal.
 
 
 Teori asam lemak menyatakan bahwa tubuh kita memiliki reseptor yang mendeteksi
peningkatan kadar asam lemak. Aktivasi reseptor untuk asam lemak memicu rasa
lapar.


Kelaparan dan Makan Berdasarkan Pembelajaran dan kesehatan


Kelaparan tidak dapat
benar-benar dijelaskan hanya oleh komponen biologis. Sebagai manusia, kita tidak
dapat mengabaikan bagian psikologis kita, komponen yang dipelajari dan kognitif
dari rasa lapar. Tidak seperti makhluk lain, 
 
 
kita manusia menggunakan jam
eksternal dalam rutinitas sehari-hari kita, termasuk kapan harus tidur dan kapan
harus makan. 
 
Waktu eksternal ini memicu rasa lapar kita. Misalnya, ketika jam
menunjukkan jam 12 siang, waktu makan siang, banyak orang merasa lapar hanya
karena waktu makan siang sudah tiba.
 
  Rasa lapar ini dipicu oleh perilaku yang
dipelajari. Selain itu, bau, rasa, atau tekstur makanan juga memicu rasa lapar.
Misalnya, jika kita suka bakso, bau dari aroma bakso ini dapat memicu rasa
lapar. Namun, preferensi rasa, bau, atau tekstur ini adalah preferensi yang
dipelajari secara kultural.
 
 
 Jika seseorang tidak suka bakso, aroma bakso tidak
akan memicu rasa lapar. Menariknya, orang juga merasa lapar akan rasa tertentu,
lebih spesifik dalam empat rasa dasar: manis, asam, pahit, dan asin. Misalnya,
ekspresi yang sering didengar adalah, "Enaknya kalau bisa makan yang
manis-manis." Orang-orang terus merasa lapar sampai rasa ini terpuaskan.



Kelaparan dan Makan Berdasarkan
Kognisi kesehatan

 

Warna juga berkontribusi terhadap
rasa lapar. Melihat pisang kuning membuat orang ingin memakannya, tetapi pisang
hijau tidak. Demikian pula, merah atau hijau dapat memicu rasa lapar untuk apel.
Dengan begitu, warna sangat memengaruhi rasa lapar kita.


Banyak orang mengonsumsi makanan berdasarkan
pengetahuan mereka tentang makanan apa yang baik bagi mereka. Misalnya, rendah
lemak, rendah gula, dan makanan rendah sodium dikatakan bagus. Akhirnya orang
belajar mengubah preferensi mereka dan hanya ingin makan "makanan enak". 


ADSENSE 336x280 bawah artikel

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "bahayanya bila kita menahan lapar bagi kesehatan"

Posting Komentar

FLOATING ADS